Makalah Tentang Konseling (Psikologi)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.

1.2.   Permasalahan
  1. Bagaimana pengertian rational emotive therapy?
  2. Bagaimana  konsep dasar teori rational emotive therapy?
  3. Bagaimana asumsi perilaku rational emotive therapy?
  4. Apa tujuan konseling  rational emotive therapy?
  5. Bagaimana peran konselor?
  6. Bagaimana deskripsi proses konseling?
  7. Apa saja teknik konseling rational emotive therapy?
  8. Apa kelebihan dan keterbatasan  rational emotive therapy?
  9. Bagaimana penerapan teori rational emotive therapy?


1.3. Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui pengertian rational emotive therapy.
  2. Mengetahui konsep dasar  rational emotive therapy.
  3. Memahami asumsi perilaku bermasalah.
  4. Mengetahui tujuan konseling dalam  rational emotive therapy.
  5. Mengetahui peran konselor dalam rational emotive therapy.
  6. Mengetahui deskripsi proses konseling.
  7. Mengetahui teknik konseling rational emotive therapy.
  8. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan konseling  rational emotive therapy.
  9. Mengetahui penerapan teori rational emotive therapy.





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSELING  “RATIONAL EMOTIVE THERAPY”
Tokoh teori Albert Ellis ahli psikologi  klinis sering mengkususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive therapy (RET) atau terapi rasional emotif.

2.1.1. Rational Emotive Therapy
Rational emotive therapy dapat diartikan dengan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan, dan perilaku serta sekaligus menekankan bahwa suatu suatu perubahan yang mendalam.
            Corak konseling RET berpangkal dari beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bersifat psikologi yaitu :
  1. Manusia adalah makhluk manusiawai artinya manusia mempunyai kekurangan dan keterbatasan, selama hidup di dunia dia dapat berusaha untuk menikmatinya sebaik mungkin.
  2. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan.
  3. Hidup secara rasional berarti berfikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa sehingga kebahagiaan dapat dicapai  secara efisien dan efektif.
  4. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sehat.
  5. Orang yang kerap berpegang pada keyakinan yang sebenarnya kurang masuk akal atau irasional.
  6. Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa.
  7. Bilamana manusia tidak bahagia dan mengalami gejolak perasaan yang tidak menyenangkan serta menumbuhkan semangat hidup, rasa-rasa itu bukan berpangkal pada kejadian dan pengalaman yang telah berlangsung, melainkan pada tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu.
  8. Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagiaan hidup yang lebih baik dengan hidup lebih rasional.
  9. Mengubah diri dalam berfikir irasional bukan perkara yang mudah, karena orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan yang sebenarnya tidak masuk akal, ditambah perasaan cemas.
  10. Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada kebahagiaan batinnya sendiri, menerima tanggung jawab atas pengaturan hidupnya sendiri tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari orang lain.
  11. Konselor harus membantu konseli mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
  12. Diskusi itu menghasilkan efek-efek, yaitu pikiran yang lebih rasional, perasaan yang lebih wajar, dan berperilaku yang lebih tepat dan sesuai

2.1.2. Konsep pokok
Ellis memandang manusia bersifat rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu, mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif.Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam secala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggungjawab akan semua perilakunya.
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berfikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik.
Pandangan yang penting ,Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12 pikiran yang tak rasional yang dapat menimbulkan perilaku neurosis atau psikologis :
  1. Manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
  2. Bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten, edekuat agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat.
  3. Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat ataupun kejam dan oleh karena itu patutlah disalahkan dihukum setimpal dengan dosanya.
  4. Bahwa kehidupan mausia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
  5. Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan ekternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaannya atau untuk menghilangkan perasaan depresi atau yang bertentangan.
  6. Bila ada suatu hal yang berbahaya atau menakutkan, maka individu  berusaha keras untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan.
  7. Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan hidup tertentu dan tanggungjawab diri daripada usaha untuk mengadapi dan mengahargainya hanya untuk menghargai bentuk disiplin diri.
  1. Bahwa sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting karena hal itu berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan perilaku individu yang ada sekarang.
  2. Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan sesuatu.
  3. Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri sendiri.
  4. Bahwa individu akan mencapai sesuatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural untuk mencapainya.
  5. Bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai manusia dan penerimaan diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

2.1.3. Asumsi Dasar Perilaku Bermasalah
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah:
  1. Tidak dapat dibuktikan.
  2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu.
  3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:
  1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan imajinasi
  2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
  3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator sebab keyakinan irasional adalah:
  1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.
  2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum.
  3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
  4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya.
  5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut.
  6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
  7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.
  8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang“diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini.  Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut.
Ada beberapa jenis “pikiran­-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang,diantaranya:
  1. Mengabaikan hal-hal yang positif
  2. Terpaku pada yang negatif
  3. Terlalu cepat menggeneralisasi
Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga ke­yakinan irasional:
1.   “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”
2.   “Orang lain harus memahami dan mempertimbang­kan saya, atau mereka akan menderita”.
3.   “Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.
Tujuan Konseling Rasional – Emotif  : Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri,seperti rasa benci,rasa takut, rasa bersalah,rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was, dan rasa marah dengan melatih system keyakinan hidup secara rasional serta membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan dan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa depan.(Sayekti Pujosuwarno 1993:14)
Secara lebih khusus Ellis (Corey, 1986; 215) menyebutkan bahwa terapi ini akan tercapai pribadi yang ditandai dengan :
1)   Minat kepada diri sendiri
2)   Minat sosial
3)   Pengarahan diri
4)   Toleransi terhadap pihak lain
5)   Fleksibelitas
6)   Menerima ketidakpastian
7)   Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya
8)   Berfikir ilmiah
9)   Penerimaan diri
10) Berani mengambil resiko
11) “Non utopianism” yaitu menerima kenyataan.


Karakteristik terapi rasional-emotif
1. Aktif-direktif
Dalam hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalah
2. Kognitif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional
3. Emotif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk juga melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik
Hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam diri kliennya
5. Kondisional
Hubungan dalam terapi rasional – emotif dilakukan dengan membuat kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.

Gambaran tentang apa yang dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif
  1. Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide rasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku.
  2. Menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional.
  3. Menunjukkan kepada klien asas ilogis dalam berfikir.
  4. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional  klien.
  5. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini adalah kooperative. Menggunakan humor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien.
  6. Menjelaskan kepada klien bagaimana ide yang irasional ini dapat ditempatkan kembali atau didistribusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatarbelakangi kehidupannya
  7. Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif dan logis dalam berfikir.
2.1.4. Peran Konselor
Dalam  proses konseling pendekatan RET ini ,peran konselor aktif ,direktif namun tetap obyektif. Konselor meyakinkan konseli bahwa pikiran rasional dan irasional harus dipisahkan. Setelah itu konselor menunjukkan bahwa pikiran irasional itu adalah sumber dari permasalahan yang sedang dihadapi konseli. Pada konseling RET ,konselor dapat menjadi model bagi konseli yang mengarahkan konseli untuk membebaskan diri dari pikiran irasional.
  1. Aktif: berbicara, mengkonfrontasikan (yang irrasional), menafsirkan, menyerang falsafah yang menyalahkan diri
  2. Direktif
–          Menerangkan ketidakrasionalan yang dialami & yang ditunjukkan : verbal, sikap, perilaku)
–          Membujuk
–          Mengajari klien (untuk menggunakan metode-metode perilaku : PR, desentisasi, latihan asertif dsb)
Peranan konselor dalam proses konseling rasional-emotif akan nampak dengan jelas dalam langkah konseling sebagai berikut:
a.   Langkah Pertama : Dalam Langkah ini konselor berusaha menunjukkan kepada klien    bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional.
b. Langkah Kedua : Peranan Konselor adalah menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri.
c.   Langkah Ketiga : Konselor berperan mangajak klien menghilangkan cara berpikirdan gagasan yang tidak rasional.
d.   Langkah keempat : Peranan konselor adalah mengembangkan pandangan – pandangan yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional.

2.1.5.      Deskripsi Proses Konseling
Tugas konselor menurut Ellis adalah membantu individu yang tidak bahagian dan menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa :
  1. Kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran yang tidak logis
  2.  Usaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, danperilaku yang tidak logis.
Tujuan utama terapi rasional-emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya.
Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang.
1.      Proses Terapi (konseling)
(a)     Konselor berusaha menunjukan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional, dan menunjukan bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan keyakinan irrasional dengan rasional.
(b)     Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukan pemikiran klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
(c)    Konselor berusaha agar klien menghindari diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
(d)   Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif dengan  memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang .





2.1.6.      Teknik-teknik terapi
Teknik emotif (afektif)
  1. Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
  2. Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
  3. Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
  4. Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik Behavioristik
  1. Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
  2. Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
  3. Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk menggambarkan perilaku tertentu.

Teknik-teknik kognitif
  1. Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
  2. Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
  3. Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.

2.1.7  Kelebihan dan  Kelemahannya
RET menunjukkan baik kelebihan maupun kelemahan. Kelebihannya yaitu tekanannya pada peranan tanggapan kognitif terhadap timbulnya reaksi-reaksi perasaan. Kelemahannya ialah kurangnya pengakuan terhadap perasaan dasar sebagai suatu faktor yang sangat dominan dalam kehidupan manusia, yang tidak sebegitu mudah mengalami perubahan.
Meski demikian corak konseling sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa.

2.1.8.  Contoh Penerapan
Penerapan teori konseling Rasional-emotif ini sangat ideal apabila diterapkan disekolah, terutama oleh:Guru,Konselor atau pemimbing yang berwibawa. Contoh penerapan di gunakan pada kasus , berpikir mengenai hal-hal yang tidak rasional.
Guru/konselor yang berwibawa akan mampu untuk membantu siswa yang mengalami gangguan mental atau gangguan emosional untuk mengarahkan secara langsung pada para siswa yang memiliki pola berfikir yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara berfikir mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan atau pandangan yang keliru itu menjadi rasional dan logis.
Guru melalui bidang studi yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhinya, untuk secara meninggalkan tindakan pikiran dan perasaan yang tidak rasional.
Pendekatan ini pada menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar dari gangguan-gangguan pribadi. Sumbangan utamanya adalah penekananya pada keharusan praktek dan bertindak menuju perubahan tingkah laku masalah.
Contoh kasusnya :
Ada siswa mau ujian . Ia takut,cemas akan ujian nya nanti,ia takut tidak lulus.Padahal ujian masih 4 bulan lagi. Siswa tersebut berpikir irasional. Konselor membantu klien agar klien sadar dan bisa berpikir rasional karena jika klien tetap berpikir irasional itu akan membuat klien tidak siap menghadapi ujian dan bisa berakibat pada konsentrasi saat mengerjakan soal ujian dan bisa berakibat buruk. Konselor membantu klien mengubah pikiran irasional menjadi rasional sehingga klien menyadari akan pikirannya itu,klien bisa berpikir rasional dengan belajar selama 4 bulan itu dan menjadi siap menghadapi ujian.


























BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Pengertian Rational Emotive Therapy (RET), yakni corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat(rational thinking), berperasaan(emoting), dan berperilaku(acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali caranya berpikir dan memanfaatkan akal sehat.
Tujuan Rational Emotive Therapy
Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.

3.2.  Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang penting,dapat  mengarahkan ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita perlu memahami lebih dalam teori-teori konseling humanistik dengan baik agar kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya.











Comments

  1. Promo www.Fanspoker.com :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts